Cari Blog Ini

Sabtu, 09 Juli 2011

laporan Fisiologi organisme aqutik. Aklimatisasi

I.       PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Ilmu Fisiologi hewan bertujuan untuk mengetahui mekanisme yang berlangsung dalam tubuh organisme hidup (hewan), secara fisik maupun kimia, dari berbagai tingkat, mulai dari tingkatan subselular hingga ke tingkat individu secara keseluruhan. Untuk mempelajari suatu proses atau mekanisme yang berlangsung di dalam tubuh organisme merupakan hal yang tidak mudah, karena pada setiap organisme hidup, meskipun hanya terdiri dari sel tunggal, terjadi peristiwa yang sangat kompleks
Fisiologi hewan didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi berbagai bagian (organ atau sistem) hewan. Serta mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi proses atau mekanisme yang berlangsung pada tubuh organisme.
Aklimatisasi adalah proses pengadaptasian organisme dari suatu keadaan lingkungan (asalnya) ke suatu keadaan lingkungan baru yang kondisi fisik dan kimianya berbeda dengan lingkungan asalnya, atau suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan respon kompensassi dari suatu organisme terhadap perubahan beberapa faktor lingkungan. Aklimatisasi ini bertujuan agar organisme yang dipindahkan ke lingkungan baru yang dimaksud dapat mengadaptasikan dirinya.
Setiap jenis organisme perairan berbeda responnya terhadap perubahan lingkungan. Umumnya organisme payau mempunyai rentan toleransi yang luas terhadap perubahan kondisi lingkungannya di banding dengan organisme air tawar maupun organisme air laut.
Pentingnya praktikum ini bagi mahasiswa perikanan yang mengkaji sebagian atau seluruh proses dalam tubuh ataupun luar tubuh organisme aquatik termasuk perubahan tingkah laku akibat perubahan lingkungan agar menjadi suatu wawasan sebagai mahasiswa perikanan untuk pembekalan ilmu pengetahuan saat dilapangan. Maka praktikum aklimatisasi sangat penting dilaksanakan.
B.     Tujuan dan Manfaat
Tujuan praktikum aklimatisasi adalah untuk melihat pengaruh salinitas air terhadap organisme perairan.
Manfaat praktikum ini adalah untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang fisiologi ikan dalam hal adaptasi terhadap perubahan lingkungan perairan.

II.          TINJAUAN PUSTAKA
A.    Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut Bloch (1793) dalam Andriani (2010) klasifikasi Ikan Lele (Clarias garipienus) adalah sebagai berikut:
Kingdom    : Animalia
          Phylum    : Chordata
                 Class    : Actinopterygaii
                      Ordo    : Siluriformes
                            Family   : Clariidae
                                    Genus    : Clarias
                                            Species   :   Clarias  garipienus
DSC03131
Doc: (Ramli: Picture jpeg. 2011)
Gambar 3. Morfologi Ikan lele (Clarias  garipienus)
Nama ilmiahnya, Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti ‘lincah’, ‘kuat’, merujuk pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air (Andriani, 2010).
Ikan lele memiliki bentuk badan yang berbeda dengan jenis ikan lainnya, seperti ikan mas, gurame dan tawes. Ikan lele memiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba dan memiliki alat pernapasan tambahan. Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih (Najiyati, 1995).
B.     Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah proses pengadaptasian organisme dari suatu keadaan lingkungan (asalnya) ke suatu keadaan lingkungan baru yang kondisi fisik dan kimianya berbeda dengan lingkungan asalnya. Aklimatisasi ini bertujuan agar organisme yang dipindahkan kelingkungan baru dimaksud dapat mengadaptasikan dirinya. Sehingga dapat hidup dengan baik pada lingkungan tempat yang dikehendaki. Setiap organisme perairan berbeda responya terhadap perubahan lingkungan.  Umumnya organisme air payau mempunyai rentan toleransi yang luas terhadap perubahan kondisi lingkungannya dibanding dengan organisme air tawar maupun organisme air laut  (Anonim, 2010).
Pengertian dasar dari proses aklimatisasi seperti telah disebutkan di atas adalah proses penyesuaian dua kondisi lingkungan yang berbeda sehingga perubahan kondisi tersebut tidak menimbulkan stress ikan. Kegiatan ini perlu dilakukan secara cermat dan penuh kesabaran agar tingkat stress ikan tersebut terhadap perubahan lingkungan dapat ditekan seminimal mungkin sehingga secara kualitas dan kondisi benur dapat dipertahankan secara optimal (Adbrite, 2009).
Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%, ia disebut brine (Darmadi, 2010).

III.          METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 20 Mei 2011 pukul     13.30-15.30 WITA, bertempat di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
B.     Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum Aklimatisasi serta kegunaanya

No.
Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Alat
-  Toples
-  Saringan teh           
-  Refraktormeter      
-  Baskom
-  Alat tulis

Media untuk pengamatan
Mengambil organisme
Mengukur salinitas
Wadah organisme pengamatan
Mencatat hasil pengamatan
2.
Bahan
-    Lele Dumbo (Clarias  garipienus
-    Air laut
-    Air tawar                

Organisme pengamatan
Sebagai bahan aklimatisasi
Sebagai bahan aklimatisasi




C.    Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum aklimatisasi  adalah sebgai berikut:
-     Menyiapkan 1 buah wadah yang diisi dengan media yang sama salinitasnya  dengan  media asalnya.
-     Memasukan organisme pengamatan kedalam toples yang telah disediakan
-       Menaikan salinitas media tersebut dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit dengan air laut yang bersalinitas tinggi dan mengukur salinitas dengan mengunakan  Refraktormeter.
-       Mengamati tingkah laku organisme tersebut.
-     mencatat hasil pengamatan.



IV.          HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan pada praktikum aklimatisasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengamatan pada ikan lele (Clarias geriepenus)

Waktu
Salinitas
Hasil Pengamatan
   menit I
6%0 ppm
Tingkah laku ikan dan pergerakan masih normal, berenang bebas.
  10 menit I
10%0 ppm
Pergerakan ikan terlihat cepat, sesaat kemudian ikan diam, pergerakan ikan tidak terlalu aktif, ikan gelisah dan badan menjadi merah.
 10 menit II
10 menit III

20%0 ppm
30%0 ppm

Pergerakan ikan menjadi gelisah, bukaan mulut menjadi cepat, pergerakan ekor lebih cepat, beranag degan tubuh miring, ikan saling bertabrakan.
Pergerakan ikan naik keatas untuk memperoleh oksigen, berenang cepat.










B.     Pembahasan
Aklimatisasi adalah proses pengadaptasian organisme dari suatu keadaan lingkungan (asalnya) ke suatu keadaan lingkungan baru yang kondisi fisik dan kimianya berbeda dengan lingkungan asalnya.
Pada percobaan kali ini (Aklimatisasi) organisme yang di ujikan yaitu menggunakan ikan lele (Clariasgaripienus). Ikan lele dimasukkan kedalam dua media dimana pada salah satu media itu salinitasnya berbeda dengan lingkungan asalnya, sedangkan media yang satunya bersalinitas sama dengan lingkungan asalnya. Lebih jelasnya media yang digunakan yaitu menggunakan air tawar dan air asin/laut. Air laut digunakan sebagai penguji terhadap proses aklimatisasi pada ikan lele yang di ujikan dengan proses yang bertahap.
Pada awal dari pengamatan aklimatisasi yang dilakukan yaitu menggunakan air yang bersalinitas yang sama pada lingkungan asalnya, dalam tahap awal ini ikan masih terlihat beraktifitas secara normal tanpa ada perubahan pergerakan pada ikan tersebut, hal ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan atau yang dilakukan pada tahap ini masih sesuai dengan kondisi salinitas yang sama dengan kondisi salinitas lingkungannya sehingga ikan tersebut masih bisa menyesuaikan dirinya pada lingkungan ini. 10 menit kemudian salinitas awal dinaikkan menjadi 10 ppm dari salinitas air normalnya, pada salinitas yang setinggi ini tentu akan mempengaruhi tehadap pergerakan dan kondisi tubuhnya, terlihat mulai Nampak pengaruh salinitas pada ikan amatan, yaitu ikan semakin gelisah dan pada bagian perut sampai kepala ikan perubahan warna terjadi yaitu warna ikan mulai memerah disebabkan oleh salinitas dan proses pengadaptasian pada lingkungan yang barunya.
Kemudian ikan coba didiamkan beraktifitas didalam toples yang telah ditentukan selama 10 menit, setelah itu penambahan salinitas yang kedua menyusul dengan tinggi salinitas yang sama pada penambahan yang pertama yaitu 10 ppm, dengan ini salinitas air bertambah menjadi 20 ppm dari suhu nomalnya. Pada salinitas 20 ppm ini ikan bertambah gelisah dan pergerakan semakin cepat, pada salinitas 20 ppm ini ikan terlihat mulai naik keatas perairan untuk memperoleh oksigen tambahan. Sesuai dengan pernyataan Affandi dan tang (2002) bahwa proses aklimatisasi sangat penting sehingga terus memperhatikan suhu, pH dan salinitas dan perubahan tersebut dilakukan secara bertahap dengan kondisi lingkungan yang serba baru.
Pada salinitas 30 ppm (menit ke tiga puluh) pergerakan ikan menjadi semakin gelisah, bukaan mulut menjadi cepat, pergerakan ikan menurun menjadi lambat laun, dan ikan terlihat sering naik keatas perairan mencoba mendapatkan oksigen tambahan dari lingkungannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto (2002), yang mengatakan bahwa hal tersebut menunjukkan bahwa ikan tersebut berusaha beradaptasi  pada perairan yang salinitasnya berbeda dengan lingkungan asalnya. Selain itu diperkuat lagi dengan pernyataan Yushinta (2004) bahwa perairan atau media yang dijadikan sebagai tempat hidup ikan yang baru sebaiknya tidak terlalu jauh berbeda dalam kondisi perairan asalnya atau mendekati perairan asalnya apabila tidak mendekati kondisi asanlnya maka tingkat keberhasilan hidup organism yang diaklimatisasi akan mati.
V.      PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.        Aklimatisasi merupakan proses pengadaptasian organisme dari suatu keadaan lingkungan (asalnya) ke suatu keadaan lingkungan baru yang kondisi fisik dan kimianya berbeda dengan lingkungan asalnya, atau suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan respon kompensassi dari suatu organisme terhadap perubahan beberapa faktor lingkungan.
2.        Ikan akan sulit beraktifitas kalau salinitas yang diberikan terlalu tinggi dari salinitas lingkungan aslinya, serta ikan akan dapat mengalami kematian.
B.     Saran

DAFTAR PUSATAKA
Andriani, 2010. Taksonomi Ikan. www.wikipedia.org.com. Diakses Kamis 19 November 2009.
Anonim, 2008. Ikan Gelodok. www.wikipedia.org.com. Diakses Senin, 10 Mei 2010 pukul 18.30 WITA Kendari.
Anonim, 2010. Teknologi Pembenihan Ikan Lele (Clarias Sp). Perikanan Budidayahttp://www.iwakfish.co.cc). Diakses kamis 19 November 2009.
Anonim, 2010. Ternak Berbagai Macam Hewan. Perikanan Budidaya. www.ternakberbagaimacamhewan.blogspot.com. Diakses Senin 10 Mei 2010 pukul 18.30 WITA Kendari.
Darmadi, 2010. Salinistas Laut. Penerbit Marine Science Padjadjaran University. www.wikipedia.com. Diakses Senin, 10 Mei 2010 pukul 18.30 WITA Kendari.
Kurnia Agus, dkk, 2010. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Tim Pengajar Fisiologi Hewan Air – FPIK, Kendari.
Najiyati Sri, 1995. Memelihara Lele Dumbo Di Kolam Taman. Penebar Swadaya.








1 komentar:

  1. Apple Watch Stainless Steel vs Titanium - The iTanium
    The stainless steel case is suitable for the head titanium ti s6 needs of both the titanium drill bit set eye and the body. The Apple Watch titanium exhaust tubing offers an used ford edge titanium extremely durable, reliable and titanium curling wand

    BalasHapus