Cari Blog Ini

Sabtu, 09 Juli 2011

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR (HEMATOLOGI)


(HEMATOLOGI)


OLEH

                  NAMA                               :    R A M L I
                  STAMBUK                       :    I1A1 09 018
PROG.  STUDI                :    B D P
                  KELOMPOK                    :    I (SATU)
    AST. PEMBIMBING       :    RAHMANSYAH


PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011


1.1.    Latar Belakang
            Secara umum, sistem peredaran darah pada semua vertebrata adalah sama, meskipun tetap ada perbedaan-perbedaan diantara setiap kelompok hewan. Hal tersebut tergantung kepada anatomi, fisiologi dan kondisi lingkungannya. Komponen penyusun sistem peredaran darah adalah jantung, darah, saluran darah, dan limpa. Saluran pembuluh darah utama dalam tubuh ikan adalah arteri dan vena yang terdapat di sepanjang tubuh. Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat  satu jalur sirkulasi darah  (Fujaya, 2004).
            Sistem peredaran darah pada semua organisme merupakan proses fisiologis yang sangat penting. Untuk melakukan aktivitas, sel jaringan, maupun organ membutuhkan nutrisi dan oksigen. Bahan-bahan ini dapat disuplai hanya bila peredaran darah berjalan normal. Karananya, semua semua fungsi dari setiap organ dalam tubuh kadang-kadang dapat dilihat pada darah.
            Berdasarkan praktikum, penentuan hematokrit dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit dengan darah yang sebelumnya telah diberi zat EDTA (natrium ethylen diamin tetra acetic acid) yang berfungsi mencegah penggumpalan darah. Berhubungan dengan fungsinya serbagai alat transpor nutrisi dan oksigen, darah merupakan parameter penting dalam pendugaan kesehatan ikan. Sistem peredaran darah ikan akan terganggu bila kondisi internal atau eksternal tubuhnya terganggu. Pengetahuan mengenai hematologi ikan perlu diketahui guna mengetahui pertumbuhan  dan tingkat kesehatan ikan. Karenanya perlu diadakan praktikum mengenai hematologi ikan.
            Tujuan dari praktikum hematologi ini adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi beberapa beberapa tes darah dengan mudah dan murah, serta untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan yang di budidayakan
            Manfaat dari praktikum hematologi adalah agar praktikan dapat dapat mengetahui nilai hematokrit standar dalam menentukan kondisi  kesehatan ikan- ikan yang dibudidayakan.























            Menurut Suyanto (2008) klasifikasi ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)  adalah sebagai berikut :
Kingdom    :    Animalia
            Phylum      :    Chordata
                        Class      :    Teleostei
                                    Ordo    :    Ostariophysi
                                          Sub ordo    :    Siluroidae
                                                   Famili     :    Clariidae 
                                                            Genus     :     Clarias
                                                                        Species    :    Clarias gariepinus
IMG0136A
Gambar 6.  Morfologi Ikan Lele dumbo (C. gariepinus)

            Lele dumbo merupakan hasil kawin silang antara lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan pejantan Clarias mossambicus (dengan nama sinonim Clarias gariepinus) yang berasal dari Afrika dan pertumbuhannya tergolong cepat. Ternyata lele dumbo ini memang mempunyai sifat yang ungul, yaitu dapat tumbuh pesat dan mencapai ukuran besar dalam waktu lebih cepat dibandingkan lele lokal. Karena cepat tumbuh dan badannya gemuk itulah maka dinamai “lele dumbo” yang kemudian terkenal sebagai “lele dumbo” (Suyanto, 2008).
            Ikan lele mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan jenis ikan lainnya, seperti ikan mas, gurame, atau tawes. Karenanya sangat mudah dibedakan dari jenis-jenis ikan tersebut. Ikan lele memiliki bentuk badan yang memanjang, berkepala pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba, dan memiliki alat pernapasan tambahan. Bagian depan badannya terdapat penampang melintang yang membulat, sedang bagian tengah dan belakang berbentuk pipih (Najiyati, 2007).
            Habitat atau lingkungan hidup lele ialah air tawar.meskipun air yang terbaik untuk memelihara lele ialah air sungai, air dari saluran irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur, tetapi lele juga relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang baik. Pada dasarnya lele disebut binatang nokturnal artinya bersifat aktif pada malam hari atau suasana gelap. Oleh karena itu, di siang hari lele suka bersembunyi atau berlindung dibalik benda-benda atau bebatuan di dasar perairan (Suyanto, 2008).

2.2.       Hematologi
            Hematologi adalah cabang ilmu fisiologi yang mempelajari struktur, fungsi dan penyakit darah, serta mempelajari jaringan tubuh dan organ yang membentuk bagian-bagian darah   (Rifai, 2002).
            Haemoglobin merupakan senyawa organik yang kompleks terdiri atas 4 pigmen porfirin merah yang mengandung atom Fe dan globulin yang merupakan protein globuler ( terdiri atas asam 4 amino).  Haemoglobin yang mengikat oksigen disebut oksihaemoglobin (Guyton, 1976).  Haemoglobin bertanggungjawab terhadap transport oksigen dan karbondioksida dalam darah.  Peningkatan kadar haemoglobin akan diikuti oleh peningkatan kadar hematokrit (Soetrisno, 1987). 
            Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya didalam 100 mm3 darah dan dinyatakan dalam persen (%) (Hoffbrand dan Pettit, 1987). Nilai hematokrit atau “volume sel packed” adalah suatu istilah yang artinya prosentase berdasarkan volume dari darah, yang terdiri dari sel-sel darah merah. Mengukur kadar hematokrit darah hewan uji digunakan tabung mikrohematokrit yang berupa pipa kapiler berlapiskan EDTA (Etil Diamin Tetra Acetat) yang berfungsi sebagai bahan anti pembekuan darah. Nilai hematokrit standar adalah sekitar 45%, namun nilai ini dapat berbeda-beda tergantung species. Nilai hematokrit biasanya dianggap sama manfaatnya dengan hitungan sel darah merah total (Frandson, 1992).
            Darah ikan tersusun atas cairan plasma dan sel-sel darah yang terdiri dari sel-sel darah merah (eritrosit), sel-sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). Volume darah dari ikan teleostey, heleostey dan chondrostei adalah sekitar 3% dari bobot tubuh, sedangkan ikan chondrocthyes memiliki darah sebanyak 6,6% dari berat tubuhnya (Randall, 1970 dalam Affandi, 1999).
Darah terdiri atas dua kelompok besar yaitu sel dan plasma. Sel terdiri atas sel-sel diskret yang mempunyai bentuk khusus dan fungsi berbeda, sedangkan komponen dari plasma selain fibrinogen, juga terdapat ion-ion inorganik dan aneka komponen organik untuk fungsi metabolik. Fungsi dari kedua komponen tersebut kadang-kadang terpisah, kadang-kadang juga bergabung  (Fujaya, 2004). Seperti pada hewan bertulang belakang (vertebrata) berdarah dingin lainnya, salah satu ciri pembeda dari darah ikan adalah  adanya inti sel pada sel darah merah (eritrosit) yang sudah matang. (Yasutake and Wales, 1983 dalam Affandi,  1999). Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mengangkut hemoglobin yang berperan membawa oksigen dan insang atau paru-paru ke jaringan  (Fujaya (2004).
            Hemoglobin adalah metallorphyrin, merupakan kombinasi dari haem/hem yang merupakan porphyrin besi, dan globin.. Setiap molekul hemoglobin elasmobransi dan teleostei mengandung empat molekul hem, yakni dua rantai α dan dua rantai ß. Oleh karena itu, satu molekul hemoglobin mengandung empat molekul oksigen  (Fujaya, 2004). Hemoglobin pada ikan bervariasi macamnya dan tingkat perkembangannya tergantung pada spesies ikannya. Laju pertukaran gas pada insang dan jaringan sangat ditentukan oleh laju pertukaran gas pada hemoglobin (Irianto, 2005).
Proses pembentukan sel-sel darah (eritrosit, leukosit, dan platened) yang berlangsung dalam jaringan hemopoiletik disebut hemopoinesis. Proses dimulai sejak pranatal, pada kehidupan embrio yang masih muda, dan dilanjutkan pascanatal dengan pola berbeda (Dellmann and Brown, 1989 dalam Affandi, 1999). Semua sel darah pada hewan dewasa berasal dari sumber yang sama, yaitu sel-sel batang primordial yang terdapat didalam sumsum tulang. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoiesis, sedangkan pembentukan leukosit disebut leukopoiesis  (Frandson, 1986 dalam Affandi, 1999).
            Secara umum, sistem peredaran darah pada ikan mirip sistem hidraulis yang terdiri atas sebuah pompa pipa, katup, dan cairan. Meskipun jantung teleostey terdiri atas empat bagian ( atrium, ventrikel, bulbus dan sinus venosus), namun pada kenyataannya mirip dengan satu silinder pompa piston tunggal. Untuk menjamin aliran darah terus berlangsung, maka darah dipompa dengan perbedaan tekanan. Tekanan jantung lebih besar dari tekanan arteri, dan tekanan arteri lebih besar dari tekanan arterional. Akibat adanya perbedaan tekanan tersebut maka aliran darah dapat terjadi. Sistem peredaran darah pada ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah. Bermula dari jantung menuju insang untuk melakukan pertukaran gas. Selanjutnya darah dialirkan ke dorsal aorta  dan terbagi ke seganap organ-organ tubuh melalui saluran-saluran kecil. (Fujaya, 2004).
            Pada prinsipnya pengambilan darah digunakan oleh hampir semua tipe pengambilan darah pada ikan. Hal ini memungkinkan penggunaan tabung kecil atau penggunaan cannula untuk mengambil darah ikan yang berenang bebas dalam jangka waktu yang cukup panjang. Sebagian contoh teknik ini dapat digunakan untuk mengikuti perubahan dalam tingkatan hormon lebih dari beberapa minggu. Bahan-bahan penyusun darah dapat dengan mudah dipisahkan melalui sentrifugasi darah. Sel-sel darah akan mengendap ke dasar dan berkumpul, hal ini disebabkan karena densitas sel darah. Dengan segera bagian atas eritrosit membentuk lapisan tipis yang disebut lapisan buffy yang dibentuk oleh sel darah putih  (Anonim, 2007).












III.    METODE PRAKTIKUM
3.1.  Waktu dan Tempat
            Praktikum hematologi ini dilaksanakan pada hari Sabtu Tanggal  28 Mei 2011, pada pukul 12.30 WITA Sampai selesai. Bertempat di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
3.2.    Alat dan Bahan
            Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Hematologi ikan Lele              (C. gariepinus)

No
Alat dan Bahan
Fungsi
a.

Alat:


1.
Jarum suntik/ spoit 1 buah
Menyedot darah pada ikan
2.
Larutan EDTA 10 %
Agar darah pada spoit tidak  membeku
3.
Tabung epindorf 1 buah
 Menyimpan sampel darah ikan
4.
Sabun mandi
Untuk menyumbat tabung epindorf
5.
Autohematology analyzer
Sebagai alat untuk menghitung eritrosit
b.

Bahan:



Ikan lele dumbo  (C. gariepinus)
Sebagai hewan uji







3.3.      Prosedur Kerja
Prosedur karja yang dilakukan dalam praktikum hematologi ini adalah sebagai berikut:
1.        Membilas spoit dengan larutan EDTA 10 % agar darah pada spoit tidak membeku,
2.        Menyuntik ikan pada bagian vertebrata/ tulang belakang,
3.        Menyedot darah ikan,
4.        Darah yang disedot, dituang kedalam tabung epindorf,
5.        Menyedot darah dari tabung epindorf menggunakan tabung kapiler,
6.        Ujung tabung kapiler di sumbat sabun mandi,
a.         Menghitung jumlah kandungan hematokrit dengan menggunakan alat auto hematology analizer.

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.  Hasil Pengamatan
            Hasil pengamatan pada praktikum hematologi ini adalah sebagai berikut:


                                                                        Monosit




                                                                       
                                                                        Eritrosit
                                                                       



                                                                        Lukosit



            Keterangan :

                        Eritrosit jumlahnya lebih banyak berarti ikannya lebih sehat.












4.2.    Pembahasan
Fujaya (2004), bahwa pada ikan yang memiliki aktivitas tinggi, seperti ikan predator blue marlin (Macaira nigricans) memiliki hematokrit 43% dan mackrel, 52,5%. Sedangkan pada ikan nototheneniid Pagothenia bermacchii hanya 21%.
Bentuk dan ukuran eritrosit juga berbeda-beda, pada hasil pengamatan mikroskop, dapat diamati bentuk eritrosit ikan nila yang agak lonjong dengan inti yang berada di tengah sel, namun belum dapat dilakukan pengukuran, karena keterbatasanperalatan praktikum. Menurut Harman and Lessler, 1964 dalam Fujaya (2004), Elasmobransi dan hagfish memiliki sel darah merah yang besar, kira-kira 19,7 mm x 13,9 mm. Beberapa spesies lain memiliki bentuk lonjong dengan diameter 14µm, memiliki inti dengan ratio volume sel dengan inti adalah 3,5 – 4,0.
            Fujaya (2004), bahwa ada korelasi kuat antara jumlah hematokrit dan jumlah hemoglobin darah, semakin rendah jumlah sel-sel darah merah maka semakin rendah pula kandungan hemoglobin dalam darah.






V. PENUTUP
A.    Kesimpulan
            Dari hasil pengamatan dan pembahasan, simpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
  1. Dengan teknik pemisahan sel darah dan gumpalan darah pada ikan nila, diperoleh bahwa ikan tersebut dalam kondisi sehat, karena jumlah gumpalan darah dibawah 30%.
B.     Saran
            Saran saya dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
  1. Agar dalam perhitungan total eritrosit,  dinyatakan dalam persentase volume sel-sel darah merah setelah sampel darah disentrifugasi, dalam hal ini adalah hematokritnya, agar dapat dikorelasikan dengan persentase jumlah hemoglobinnya.
  2. Sebaiknya digunakan banyak sampel ikan, agar kita dapat membedakan persentase gumpalan darah yang beragam, untuk dapat membedakan  dengan lebih jelas kondisi kesehatan ikan-ikan tersebut.








DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 2007. www.feeds.feedburner.com/~r/SpecialInformation/~3/105352704/ osmoregulasi-ikan-           uji-nila-  dan-mas.html (accesed 3 April 2007, at 20.15 PM).

Anonim, 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.

Affandi Ridwan, 1999. Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan IPB. Bogor.

Cahyono, 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta.

Fujaya Yushinta, 2004. Fisiologi Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Irianto A., 2005. Patologi Ikan Teleostey. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Rifai A.M., 2002. Kamus Biologi. Balai Pustaka. Jakarta.

Rukmana R., 1997. Budidaya Ikan Nila dan Prospek Agribisnis. Kanisius. Jakarta.


1 komentar:

  1. ada beberapa sitasi yang tidak anda cantumkan daftar pustaka nya, tolong dilengkapi lagi agar informasi valid. thx

    BalasHapus