Cari Blog Ini

Sabtu, 09 Juli 2011

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR LAJU METABOLISME

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR
LAJU METABOLISME





OLEH :
                              NAMA                          : R A M L I
                              STAMBUK                  : I1A2 09 018
                              PROG. STUDI             : BDP
                              KELOMPOK               : I (SATU)
ASISTEN                     : RAHMANSYAH



PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011

I.       PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Hewan memerlukan energi untuk pemeliharaan, pertumbuhan, reproduksi, dan bekerja. Untuk  hampir semua makluk hidup, energi bersumber dari makanan yang diperoleh ( secara langsung atau secara tidak langsung) dari tumbuhan.  Bagian dari makanan kemudian adalah mengoksidasi untuk membentuk ATP, energi perbandingan dari sel ( makanan menjadi sampah atau untuk disimpan). Metabolisme adalah suatu istilah umum yang mengacu pada penjumlahan dari semua perubahan tenaga biologi dan bahan.
Metabolisme energi adalah suatu ukuran dari intensitas makluk hidup, suatu statistik ringkasan dari tingkat energi yang digunakan.Tingkat metabolisme mengacu pada metabolisme energi setiap waktu per unit.  Dengan begitu jika satu binatang mempunyai suatu  tingkat relatif tinggi yang berkenaan dengan metabolisme, fisiologi keseluruhan nya akan bekerja lebih cepat.
Secara alami suhu air permukaan merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi matahari pada siang hari. Karena pengaruh angin, maka di lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira 50-70 m terjadi pengadukan, hingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28°C) yang ertical.

1.2    Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum mengenai Laju Metabolisme yaitu untuk mengukur laju metabolisme organisme perairan terhadap oksigen pada berbagai suhu media.
Kegunaan dari praktikum laju metabolisme ini adalah dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang laju metabolisme organisme perairan pada berbagai suhu media.

II.          TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Menurut Arsyad (1999), klasifikasi ikan Mas (Cyprinus carpio) adalah sebagai berikut:
Filum   :  Chordata
            Sub filum  :  Vertebrata
                        Sub kelas   :  Actinopterigii
                                    Ordo         :  Cypniformes
                                                Sub ordo   :  Cyprioidea
                                                             Famili      :   Cyprinidae
                                                                        Genus     :  Cyprinus
                                                                                      Spesies  :     C. carpio

Gambar 1. Morfologi Ikan Mas (C. carpio)
2.2    Laju Metabolisme
Metabolisme adalah semua reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makluk hidup, melipiti anabolisme untuk mensintesa senyawa-senyawa baru dan katabolisme yaitu penguraian senyawa-senyawa dalam sel hidup. Pada hewan sumber energi adalah makanan, tetapi energi dalam makanan tidak dapat digunakan sampai makanan itu dicerna dan diserap oleh system pencernaan (Fujaya, 2002).
Laju metabolisme dapat dipengaruhi oleh beberapa factor termasuk umur, jenis kelamin, status reproduksi, makanan dalam usus, stress fisiologis, aktivitas, musim, ukuran tubuh dan temperature lingkungan.  Laju metabolism baku (standard metabolic rate) merupakan laju metabolism hewan manakala hewan tersebut sedang istirahat dan tidak ada makanan dalam ususnya. Ketika pengukuran laju metabolism tengah dilakukan, jarang sekali ikan berada dalam keaadaan diam, sehingga istilah laju metabolsme rutin sering dipakai untuk menunjukkan bahwa laju metabolism diukur dalam keaadaan selama level aktifitas rutin. (Nurman, 2008).
Ikan bersifat fototaktik baik secara positif maupun vertikal. ikan dipengaruhi oleh faktor lingkungan lain dan pada beberapa spesies bervariasi terhadap waktu dalam sehari. Cahaya mempengaruhi ikan pada waktu memijah. Jumlah cahaya yang tersedia dapat mempengaruhi Tinggi rendahnya suhu di perairan tersebut dan mempengaruhi waktu kematangan ikan. Jumlah cahaya juga mempengaruhi daya hidup larva ikan secara tidak langsung (Damardi, 2010).
Nurman (2008) juga menjelaskan Tiga macam metode untuk mengukur metabolism yaitu : (1) menghitung selisih antara nilai energy dari semua makanan yang masuk kedalam tubuh hewand dan semua ekskresi terutama urin dan feses, cara ini hanya akurat digunakan untuk digunakan bila tidak terjadi perubahan komposisi tubuh hewan.  (2)  menghitung produksi panas total pada organism, metode ini sungguh akurat dalam memberikan informasi tentang bahan bakar yang digunakan, organism yang diukur dimasukkan dalam calorimeter. (3) menghitung jumlah oksigen yang digunakan oleh organism untuk proses oksidasi dan jumlah konsumsi oksigen, cara ini paling banyak digunakan dan mudah dilaksanakan tetapi tentu saja tidak bisa digunakan untuk organisme anaerob sebab meskipun konsumsi oksigen nol bukan berarti tidak terdapat metabolism dalam tubuh organism tersebut.

III.             METODE PRAKTIKUM
3.1    Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 20 Mei 2011 pukul     13.30-15.30 WITA, bertempat di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo Kendari.
3.2    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan Pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 1 yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Alat dan bahan serta kegunaanya  pada prakrikum ini.
No
Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Alat
-    Toples besar 2 buah
-    Thermometer biasa
-    Kertas label
-    Alat tulis menulis
-    Stopwatch
-    Thermos air


Menyimpan hewan uji.
Alat pengukur suhu air.
Untuk pemberian nama hewan uji.
Untuk mencatat hasil pangamatan.
Untuk menghitung waktu.
Sebagi wadah untuk air panas


2.
Bahan
-    Ikan Mas (C. carpio)
-    Air panas
-    Air tawar
-    Es batu

Sebagai bahan amatan
Sebagai katalis penaikan suhu
Sebagai media pengamatan ikan
Sebagai katalis penurunan suhu


3.3    Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum laju metabolisme ini yaitu:
a.       Menyiapkan 2 buah wadah (toples) yang diisi media yang sama suhunya dengan media asalnya.
b.       Memisahkan kedua toples untuk penaikan dan penurunan suhu
c.       Memasukkan hewan uji pada masing-masing toples
d.      Melakukan penurunan atau penaikkan suhu media tersebut dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit es batu untuk penurunan suhu, dan dengan  menambahkan air hangat untuk penaikkan suhu,
e.       Mengamati tingkah laku hewan uji setiap waktu tertentu dan mencatatnya
f.       Menghentikan penaikan dan penurunan suhu setelah organisme uji mati atau pingsan dan ukur berapa suhu media hidup organisme.
 
IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum laju metabolisme Ikan Mas (C. carpio) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.  Hasil Pengamatan Praktikum Laju Metabolisme untuk Penaikan Suhu dengan Mengunakan Media Es Batu.

Waktu
Perlakuan (suhu)
Hasil pengamatan
1 menit I
28 °C
kondisi pergerakan ikan normal
10 menit II
21 °C
pergerakan ikan menjadi cepat, operkulum terbuka terus, ikan bereang naik keatas.
10 menit III
20 °C
ikan berenang miring, bukaan mulut menjadi lambat, ikan berenang naik keatas untuk memperoleh oksigen.
10 menit IV
19 °C
ikan oleng dan berenang cepat.
10 menit V
16 °C
ikan mati.


Tabel 2.  Hasil Pengamatan Praktikum Laju Metabolisme untuk Penaikan Suhu dengan Mengunakan Media Air Panas.

Waktu
Perlakuan (suhu)
Hasil pengamatan
1 menit I
28 °C
kondisi pergerakan ikan normal
10 menit II
32 °C
Pergerakan ikan lambat, dan pergerakan sirip terkejut-kejut, tutup insang bergerak cepat.
10 menit III
34 °C
Bukaan mulut menjadi cepat, ikan tertinggal di bawah.
10 menit IV
39 °C
ikan oleng dan berenang cepat.
10 menit V
43 °C
ikan mati.


4.2    Pembahasan
Laju metabolisme adalah proses pembakaran yang terjadi pada organism periran yang dipengaruhi oleh suhu dan oksigen. Hal ini diperkuat dengan pernyataan (Fujaya, 2002), bahwa Metabolisme adalah semua reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makluk hidup, melipiti anabolisme untuk mensintesa senyawa-senyawa baru dan katabolisme yaitu penguraian senyawa-senyawa dalam sel hidup. Pada hewan sumber energi adalah makanan, tetapi energi dalam makanan tidak dapat digunakan sampai makanan itu dicerna dan diserap oleh sistem pencernaan.
Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan berkisar antara 22-32°C. Perubahan suhu air akan mempengaruhi lambatnya proses laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan mempengaruhi nafsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air. Dalam pengukuran penurunan dan peningkatan suhu media ikan maka dapat mempengaruhi aktivitas, maupun rasio makannya. Diperkuat dengan penjelasan (Susanto, 1990). yaitu Suhu merupakan salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan pada ikan. Suhu air yang optimal di daerah tropik berkisar antara 25-30°C, sedangkan perbedaan suhu antara siang dan malam tidak boleh melebihi 5°C. Apabila suhu air berubah secara mendadak, juga akan dapat mempengaruhi pertukaran zat-zat metabolisme dari makhluk hidup.
Pada pengamatan menggunakan perlakuan peningkatan suhu menggunakan air hangat pada organism amatan ikan mas ( C. carpio), sangat jauh perbandingan hasilnya dengan perlakuan penurunan suhu menggunakan Es batu. Telah dicantumkan di atas pada tabel pengamatan Tabel 1 dan Tabel 2 pada menit pertama terlihat suhu mencapai 28°C baik pada perlakuan peningkatan suhu maupun penurunan suhu pada menit ini belum ada berbedaan di antara keduanya. Aktivitas ikan masih normal tanpa ada ciri-ciri atau kendala pada organisme tersebut yang mengurangi dari aktivatas organisme yang di jadikan sebuah sampel ini (Pergerkan masih normal) ini artinya suhu yang mencapai 28°C adalah suhu yang termaksud didalam suhu yang ideal sehigga tidak ada pengaruh fisik yang berubah, di perkuat dalam buku penuntun praktikum fisiologi hewan air 2011. Bahwa Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan nafsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air. pH air yang ideal berkisar antara 6 - 9. Sedangkan oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l (Anonim, 2010).
Pada menit berikutnya 10 menit kedua perbedaan kisaran suhu mulai terlihat bahwa  hasil yang diperoleh pada Tabel 1 penurunan suhu menggunakan es batu yaitu menurun dari 28 °C mencapai 21 °C, pergerakan ikan mulai terlihat cepat dan sesekali ikan berenang naik ke atas permukaan air untuk mensuplai oksigen, sedangkan pada Tabel 2 peningkatan suhu menggunakan air hangat yaitu suhu meningkat dari 28°C mencapai 32°C disini pergerakan ikan mulai melambat, sirip terkejut-kejut dan operculum semakin cepat. Perbedaan pada menit ini yaitu pada penurunan suhu pergerakan ikan mulai cepat sedangkan pada peningkatan suhu pergerakan ikan menurun atau lambat.
Selanjutnnya pengamatan pada menit 10 ketiga, suhu yang didapatkan dari proses penurunan suhu yaitu mencapai 20°C  sedangkan hasil yang diperoleh dari pengamatan menggunakan air hangat suhu berkisar mencapai 34°C, hasil amatan pada organisme berbeda pada pengamatan menggunakan es batu ikan berenang miring, bukaan mulut lambat, dan ikan naik ke atas untuk mendapatkan suplai oksigen, sedangkan pengamatan yang menggnakan air hangat kalau pada proses penurunan suhu bukaan mulut lambat disini bukaan mulut semakin cepat dan lebih memilih diam didasar air.
Menit 10 keempat dan 10 kelima suhu pada pengamatan menggunakan es batu dari 19°C menurun sampai 16 °C. Sedangkan pada pengamatan menggunakan air hangat suhu yang didapatkan dari 39°C naik mencapai 43°C. Pada menit10 keempat ikan oleng serta gerakan ikan semakin aktif dan mati pada menit 10 kelima. Uraian di atas diperkuat dengan pernyaan (Susanto, 1990), menurut beliau bahwa penurunan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan organisme tersebut mengalami stress (gelisah) ataupun dapat menimbulkan sifat-sifat tingkah laku yang tidak sama seperti biasanya kemudian jika perubahan tersebut berlangsung maka akan menyebabkan kematian pada organisme perairan tersebut. Pada tingkatan kisaran suhu yang melewati batas optimal bagi ikan perlu proses adaptasi yang besar, kalau adaptasi itu tidak berlangsung dengan baik otomatis kematian akan terjadi pada organism tersebut.
 
 
V.         PENUTUP
5.1   Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
  1. Laju metabolisme adalah suatu proses pembakaran yang terjadi pada organisme perairan yang dipengaruhi oleh suhu dan oksigen.
  2. Hasil yang diperoleh pada pengamatan ini yaitu dari 28°C, 32°C, 34°C, 39°C sampai dengan 43°C menggunakan air hangat (Peningkatan suhu), sedangkan hasil yang diperoleh menggunakan es batu (Penurunan suhu) yaitu dari 28°C, 21°C, 20°C, 19°C, dan 16°C.
  3. Suhu yang optimal bagi kehidupan organism perairan yaitu mencapai 22-33oC apabila suhu melebihi batas tersebut maka organisme tidak akan biasa mentolerirnya dan dapat menyebabkan kematian.
5.2  Saran
Saran yang dapat saya berikan pada kesempatan ini bahwa proses praktikum yang berjalan dengan baik dan lancar akan menghasilkan hasil yang baik juga, dari itu saya menghimbau kepada asisten pembimbing praktikum agar selalu memberikan arahan kepada praktikannya untuk tercapainya praktikum yang baik.

DAFTAR PUSATAKA

Andriani, 2010. Taksonomi Ikan. www.wikipedia.org.com. Diposkan Kamis 19 November 2009. selasa, 17 Mei 2011 pukul 10.11 WITA Kendari.

Arsyad (1999), klasifikasi ikan Mas (Cyprinus carpio), PT Gramedia.  Jakarta.
Darmadi, 2010. Salinitas Laut. Penerbit Marine Science Padjadjaran University. www.wikipedia.com. Selasa, 17 Mei 2011 pukul 09.21 WITA Kendari.

Fujaya Yushinta, 2002. Fisiologi Ikan. Faskultas Ilmu Kelautan dan perikanan, Universitas Hasanudin, Makassar.

Nurman, 2008. Metabolisme. Diposkan dalam website www.nurman20.wordpress.com/2008/01/09/metabolisme.com. selasa, 17 Mei 2011 pukul 09.49 WITA Kendari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar